Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memberitakan adanya kasus varian baru COVID 19 dengan nama ilmiah B.1.1.529 atau Omicron setelah adanya laporan penularan terjadi di Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Munculnya varian baru COVID-19 bukan kali pertama sejak terdeteksi di Wuhan China pada akhir tahun 2019. Sebelumnya WHO serta Centers for Disease Control and Prevention mencatat adanya sebaran varian baru yang telah diklasifikasi berdasarkan dua klaster varian yaitu;
Pertama, Variant of Concern (VOC) terbukti menjadi varian yang lebih ganas dalam penularan hingga menyebabkan penyakit penyerta yang diderita korban lebih parah. Varian ini juga dapat menurunkan efektivitas kinerja vaksin sehingga orang yang sudah melaksanakan vaksin tetap berpeluang tertular. VOC terdeteksi dalam beberapa kasus seperti Alpha (B.1.1.7) dilaporkan pertama kali di Inggris pada September 2020, Beta (B.1.351) dilaporkan pertama kali di Afrika Selatan pada Mei 2020, Gamma (P.1) dilaporkan pertama kali di Brazil pad November 2020, Delta (B.1.617.2) dilaporkan pertama kali di India pada Oktober 2020 dan terbaru yaitu Omicron (B.1.1.529) dilaporkan pertama kali di Afrika Selatan pada November 2021.
Kedua, Variant of Interest (VOI) adalah varian COVID-19 yang lebih ringan dibanding VOC, kasus varian ini bersifat klaster kecil pada sejumlah negara seperti pada kasus Epsilon (B.1.427/B.1.429) di Amerika Serikat pada Maret 2020, ZETA (P.2) di Brazil pada April 2020, Eta (B.1.525) di Berbagai Negara pada Desember 2020, Theta (P.3) di Filipina pada Januari 2021, Iota (B.1.526) di Amerika Serikat pada November 2020, Kappa (B.1.6171.1) di India pada Oktober 2020 dan Lambda (C.37) di Peru pada Agustus 2020.
Alasan COVID 19 dapat bermutasi menurut Ahli Mikrobiologi Universitas Padjadjaran Dr. Mia Miranti, M.P adalah virus Corona melakukan penyesuain diri pada tubuh inang atau dalam kata lain Virus dengan nalurinya mencoba terus bertahan hidup dan berkembangbiak maka virus tersebut melakukan penyesuain diri.
Lantas bagaimana dengan kasus Omicron? sebagaimana diatas, Omicrom masuk dalam klasifikasi VOC yang memiliki keganasan dalam penularan. Pada sabtu, (08/01/2022) tercatat Omicron sudah menginfeksi 333 orang di Indonesia sejak awal terdeteksi pada 15 Desember 2021. Tidak hanya di Indonesia kasus persebaran COVID-19 varian Omicron sudah terdeteksi di 132 negara dan berpotensi terus meluas ke sejumlah negara lainnya. Dilaporkan saat ini kasus terparah berada di Eropa. Omicron menjadi salah satu ancaman varian terbesar pasca varian Delta yang pernah melumpuhkan beberapa negara di pertengahan tahun 2021 termasuk Indonesia.
Dilansir dari The Straits Times, Director of Medical Services Kenneth Mak mengatakan beberapa perbedaan Omicron dengan varian Delta adalah; 1) Omicron lebih menular daripada Delta, 2) Infeksi Omicron tidak separah varian Delta, 3) Vaksin, terutama Booster memberikan perlindungan secara substansial terhadap infeksi parah. Adapun gejala yang ditimbulkan dari varian Omicron berdasarkan hasil analisis Zoe COVID Study memiliki 5 gejala teratas ialah; Pilek, Sakit Kepala, Kelelahan (baik ringan atau berat), Bersin-Bersin dan Sakit Tenggorokan.
Lantas bagaimana kita mewaspadai Omicron di Indonesia? Pemerintah Republik Indonesia melalui Satgas COVID 19 memberikan kebijakan untuk mencegah penularan COVID 19 varian Omicron dengan memperketat regulasi perjalanan Warga Negara Indonesia (WNI) untuk tidak melakukan kegiatan bepergian ke Luar Negeri dan memberlakukan masa karantina setelah datang ke Indonesia selama 7 – 10 hari di tempat yang sudah ditetapkan oleh Satgas COVID-19.
Selain itu, pencegahan dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan menjadi cara ampuh untuk menghindari penularan COVID 19 varian Omicron. Masyarakat dihimbau untuk tetap menerapkan 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, Menjaga jarak, Mengurangi Mobilitas, dan Menjauhi Kerumunan). Pola hidup sehat seperti rajin olahraga, makan makanan bergizi seimbang turut serta meningkatkan imunitas agar tercegah dari Omicron.
Meskipun saat ini penyebaran varian Omicron di dominasi oleh warga yang melakukan perjalanan Luar Negeri namun penyebaran tetap harus diwaspadai, mengingat kontak pasien terjangkit tidak sepenuhnya dapat dipastikan dan penularan yang lebih cepat membuat kita harus tetap waspada. Kita semua berharap agar pademi segera berakhir untuk itu selalu menjaga diri dengan tetap mematuhi aturan yang berlaku adalah bentuk semangat gotong royong dalam mencegah bencana wabah COVID-19 ini terus berlanjut.
Sebagai informasi, saat ini LAZ Harfa terus memberikan program sosialisasi kesehatan kepada masyarakat khususnya di Provinsi Banten agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat seputar COVID 19 sekaligus memberikan pendekatan tentang pemahaman adanya varian baru COVID 19 yang setiap saat dapat mengancam kesehatan di lingkungan masyarakat sehingga diharapkan masyarakat tetap sadar untuk mematuhi protokol kesehatan sesui yang dianjurkan oleh Pemerintah.
Sumber :
https://www.straitstimes.com/singapore/health/omicron-versus-delta-what-we-know-so-far
https://covid.joinzoe.com/post/omicron-and-cold-like-symptoms-rapidly-taking-over-in-london