Memperingati Hari Toilet 2021 LAZ Harfa Bersama Warga Membangun 11.162 Jamban di Banten

Peringatan World Toilet Day (Hari Toilet Dunia) kembali peringati pada tanggal 19 November 2021. Hari peringatan toilet diinisiasi oleh World Toilet Organisation (WTO) pada tahun 2001 kemudian dikukuhkan oleh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 2013. Setiap tahunnya peringatan tersebut bertujuan untuk mengangkat isu krisis toilet di dunia. Data WTO menyebutkan pada tahun 2021 sebanyak 3,6 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses sanitasi layak dan aman. Isu krisis toilet diperparah dengan 400.000 kasus kematian pada anak dibawah usia 5 tahun karena penyakit diare yang disebabkan keluarga tidak memiliki akses sanitasi layak. Dampak lain yang terjadi adalah kasus stunting pada anak dan pelecehan terhadap kaum perempuan sebab melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka.

World Health Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase perilaku masyarakat Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terbesar ke 2 di dunia setelah India. Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) 30,22 juta masyarakat Indonesia masih melakukan perilaku BABS. Sementara itu provinsi Banten menduduki peringkat 10 terendah sebagai provinsi yang kekurangan sanitasi layak.

Sanitasi merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Oleh sebab itu pada tahun 2012 negara-negara yang tergabung dalam PBB menyepakati 27 poin penting sebagai Sustainable Development Goals (SGDS)/Program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan merubah perekonomian melalui pembangunan berkelanjutan yang dimulai dari tahun 2015-2030 mendatang. SDGS poin ke 6 disebutkan pada tahun 2030 ditargetkan seluruh dunia telah mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata dan telah menghentikan praktik BABS, memberikan perhatian khusus terhadap perempuan serta kelompok masyarakat rentan.

Pemerintah Indonesia turut berupaya mencapai target tersebut dengan berbagai penerapan aturan dan kebijakan. Selain itu keterlibatan swadaya masyarakat dianggap penting untuk mendukung program pemerintah. Salah satu lembaga non pemerintah yang cukup konsisten memberikan fokus perhatian terhadap isu toilet adalah Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa (LAZ Harfa).

Sejak tahun 2006 hingga sekarang LAZ Harfa telah terlibat dalam penanganan sanitasi secara khusus melalui program pendampingan edukasi kesehatan sanitasi untuk membangun sikap mental masyarakat yang sehat secara mandiri dan bebas dari penyakit, dengan metode Community Lead Total Sanitation (CLTS) selama kurun waktu 15 tahun LAZ Harfa telah berhasil membuat 11. 162 jamban di provinsi Banten, yang tersebar di 3 kabupaten/kota dan 16 kecamatan.

Direktur Utama LAZ Harfa Indah Prihanande menyebutkan keberhasilan tersebut tidak serta merta dilakukan dengan tanpa halangan. Butuh metode pendekatan kepada masyarakat baik personal atau kelompok masyarakat agar mau merubah pola pikir mereka. Proses tersebut dibutuhkan pendampingan hingga bertahun-tahun, Pihak LAZ Harfa biasanya menempatkan satu orang pendamping masyarakat dalam jangka waktu minimal satu tahun untuk melakukan proses pengedukasian.

Pada proses tersebut Indah mengakui bahwa persoalan BAB sering dianggap sebagai perkara sepele dan bersifat privat hingga sebagian masyarakat membuat perilaku BABS adalah hal yang lazim dan enggan menerima kenyataan dampak buruknya pada kesehatan dan lingkungan. Terlebih sasaran pada masyarakat yang berada di daerah pelosok Banten sering timbul persoalan lain seperti keterbatasan ekonomi dan kesulitan akses air bersih.

Kendala tersebut tidak menyurutkan Indah Prihanande untuk terus melanjutkan perjuangan. Dengan modal pengalaman dan evaluasi program, LAZ Harfa memiliki cara unik untuk membangun perubahan pada masyarakat secara mandiri dalam menghentikan perilaku BABS salah satunya dengan program arisan jamban. Seperti layaknya sebuah arisan pada umumnya yang merupakan iuran para warga, setiap bulannya akan diundi untuk menentukan pihak keluarga mana yang terlebih dahulu membangun jamban di rumahnya dan seterusnya dilakukan sistem arisan jamban hingga semua wara/kelompok dampingan telah memiliki jamban di tiap-tiap rumah. Hal ini menjadi solusi praktis menghadapi kekurangan biaya dalam pembangunan jamban. Kini masyarakat juga dibekali dengan peralatan mencetak kloset dan septic tank sehingga produksi jamban jauh lebih murah.

Menyambut World Toilet Day 2021, Indah Prihanande perempuan yang acap kali dijuluki sebagai ratu jamban menyampaikan harapannya agar semakin banyak masyarakat sadar pentingnya kesehatan lingkungan dan saling merangkul sesama demi keberlangsungan hidup yang sehat, bersih dan nyaman. Menurutnya Isu krisis jamban harus segera diakhiri bersama-sama dengan memberikan perhatian lebih kepada masyarakat bawah.

“Selayaknya krisis jamban ini dapat segera kita akhiri, semua harus bergerak bersama memberikan perhatian untuk masyarakat khususnya kepada mereka yang berada di bawah. Bukan tidak mungkin untuk berubah, perlahan namun pasti selayaknya dorongan dan kepedulian yang kita berikan berbuah hal yang positif. Perubahan masyarakat untuk memiliki jamban layak di rumahnya dan tidak lagi BABS berarti sudah menyelamatkan mereka dari persebaran penyakit yang dapat mengancam nyawa.” Pungkas Indah Prihanande

Bagikan berita ini :