Pemulihan Trauma Pasca Tsunami Dengan Layanan Psikologi

Negara Indonesia termasuk salah satu negara maritim yang rawan terjadi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami. Tentu kita masih ingat bagaimana musibah tsunami dahsyat yang tiba-tiba menerjang pesisir wilayah Banten pada akhir tahun lalu. Kini, sudah hampir satu tahun pasca musibah tersebut terjadi. Para penyintas tsunami masih harus bangkit dan berjuang memulihkan kembali kehidupannya seperti dulu sebelum bencana.

Setiap orang pasti tidak ingin tertimpa musibah bencana. Bagaimana tidak, bencana yang terjadi tidak hanya meluluhlantakan bangunan. Tapi juga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan yang harus menjadi perhatian serius yaitu dampak psikologis.

LAZ Harfa (Harapan Dhuafa) yang berkolaborasi dengan Caritas Australia terus konsisten mengadakan layanan psikologi kepada para penyintas tsunami Selat Sunda. Dimana masyarakat di sana sampai saat ini masih merasa ketakutan dan trauma mendalam. Hal itu membuat mereka selalu merasa cemas dan was-was jika ada angin besar yang disertai mati lampu.

Layanan psikologi ini dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu di Huntara Kp. Paniis, Desa Taman Jaya, Kec. Sumur, Kab. pandeglang, pada tanggal 24 Oktober 2019. Dimana masyarakat di sana juga diajarkan metode totok anggota badan yang sakit dengan dua jari tangan. Kemudian, dilanjut dengan layanan psikologi di Huntara Cibenda, Desa Sukarame, Kec. Carita dan di Huntara Citanggok, Desa Teluk, Kec. Labuan, Pandeglang, pada tanggal 27 Oktober 2019 lalu.

Dimana layanan psikologi ini langsung dipandu oleh Psikolog Inna Mutmainnah. Dengan menggunakan metode Point of View yaitu upaya untuk membantu setiap orang untuk bisa memulihkan dirinya sendiri dari trauma pasca bencana. Metode ini agar mereka bisa fokus dan sudah mulai mengubah sudut pandangnya serta mengeluarkan segala permasalahan yang mungkin selama ini mereka pendam. Sehingga mereka bisa bangkit dari keterpurukan akibat bencana menuju kehidupan yang lebih baik.

Bagikan berita ini :