Hingga saat ini, masalah sanitasi masih menjadi permasalahan pelik di dunia terlebih bagi mereka yang tidak berkecukupan secara ekonomi dan masyarakat yang tinggal di pedesaan karena kurangnya kesadaran. Masalah yang terdengar sepele bagi sebagian orang, nyatanya memiliki ancaman kematian yang cukup serius.
Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kolera, diare, disentri, hepatitis A, tipoid, polio, dan memperburuk stunting. Berdasarkan data dari UNICEF, Sanitasi yang buruk menyumbang angka 88% pada kematian anak akibat diare di seluruh dunia.
Bagaimana dengan Sanitasi di Indonesia?
Merujuk pada data dari WHO tahun 2012, Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia yang penduduknya masih buang air besar sembarangan (BABS). Data terkini dari laman Kementerian Kesehatan RI, masih ada sekitar 8,6 juta rumah tangga yang anggota keluarganya masih mempraktekkan BABS per januari 2020.
Kesenjangan tingkat kesehatan di Provinsi Banten
Sejalan dengan tingkat kesehatan nasional berdasarkan IPKM 2018, Provinsi Banten juga mengalami peningkatan kualitas kesehatan. Dari 7 indeks penilaian yang ada, Indeks Perilaku Kesehatan Memiliki nilai yang terendah dan Indeks Kesehatan Lingkungan yang tampak timpang antara perkotaan dan pedesaan. Sub indeks perilaku kesehatan meliputi 5 indikator yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, aktivitas fisik dan gosok gigi. Sedangkan, Sub Indeks Kesehatan Lingkungan ini dilihat dari dua indikator yaitu akses sanitasi, dan akses air bersih. Pada Indeks ini menunjukkan kesehatan tingkat kabupaten memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kesehatan di perkotaan.
Keadaan inilah yang mendorong LAZ Harapan Dhuafa Banten berkomitmen untuk membantu menyelesaikan permasalahan Sanitasi di Provionsi Banten terutama di Kawasan pedalaman yang banyak tersebar di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
LAZ Harapan Dhuafa Dampingi Masyarakat Bangun 10.964 Toilet di Banten Secara Mandiri
Semenjak tahun 2006, LAZ Harfa fokus memberikan dampingan kepada masyarakat untuk membangun kesadaran akan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat melalui program Community Lead Total Sanitation (CLTS). Program ini menerapkan pola Down-Top yang artinya bantuan yang diberikan tidak langsung berupa uang atau pembangunan jamban, melainkan melalui pendekatan kelompok dan membangun kesadaran masyarakat. Menyadari bentuk pendampingan yang harus dilakukan intensif, LAZ Harfa menempatkan seorang field facilitator di desa yang memiliki visi pendampingan tersebut.
Namun, masalah jamban di pedesaan tidak hanya masalah kesadaran tetapi juga masalah ekonomi. Oleh karena itu LAZ Harfa memberikan solusi berupa Arisan Jamban, yaitu suatu kelompok masyarakat yang berkomitmen membangun jamban dengan cara mengumpulkan uang selama satu periode tertentu tergantung kesepakatan. Uang yang sudah terkumpul akan diberikan kepada anggota kelompok untuk membuat jamban secara bergantian.
Dalam kurun waktu 14 tahun, LAZ Harfa telah mendampingi masyarakat membangun 10.964 jamban di Provinsi Banten. Diantaranya terdapat 30 desa dampingan LAZ Harfa di 8 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang Banten, dan 1 Kecamatan di Kabupaten Lebak dan ada sekitar 27.124 rumah yang terdapat di wilayah dampingan. Pembangunan ini murni dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, inilah perubahan yang menjadi misi LAZ Harfa, bukan memberikan bantuan secara cuma-cuma melainkan menumbuhkan kesadaran dari hati.
LAZ Harfa sampai saat ini masih dan akan terus melakukan pendampingan, sampai tidak ada lagi permasalahan jamban yang harus diselesaikan. Bergerak dari desa, wujudkan misi perubahan baik untuk dunia. Riak air yang bersama akan menjadi gelombang yang besar, mari kita terus menjadi riak-riak kebaikan hingga menjadi gelombang kebermanfaatan.