KEKERINGAN ANCAM KEHIDUPAN

Tak ada air, tak ada kehidupan. Tanpa adanya air maka kelangsungan hidup manusia akan terancam. Air adalah sumber kehidupan hampir 90% dari tubuh kita merupakan cairan. Oleh karena itu, air adalah kebutuhan penting bagi manusia. Coba kita bayangkan jika di Bumi ini tak ada air, maka itu tentu akan menghambat seluruh aktivitas kita seperti wudhu, mandi, dan keperluan MCK lainnya.

Namun, kini negara-negara di Dunia terancam bencana kekeringan pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingginya konsumsi daging, dan peningkatan kegiatan ekonomi menjadi penyebab tekanan terhadap sumber air di Dunia. “Dari 100% air yang ada di muka bumi ini, hanya sekitar 2,5% air tawar yang kita gunakan untuk minum. Jadi, air itu terbatas,” ucap Hendarmawan, Ahli Geologi Indonesia.

Menurut penelitian dari World Resources Institute (WRI), sebuah lembaga riset yang berkantor di Washington DC, AS penduduk di 400 wilayah di dunia hidup dalam kondisi kekurangan air yang ekstrem. Kelangkaan ini dikhawatirkan akan membuat jutaan orang terpaksa mengungsi dan menjadi faktor penyebab bagi konflik dan ketidakstabilan politik. Lembaga ini mengukur “tekanan air” yang didasarkan pada berapa banyak air yang diambil dari tanah dan permukaan dibandingkan dengan keseluruhan yang tersedia. Berdasarkan hasil temuan mereka, beberapa kawasan seperti Meksiko, Chile, beberapa daerah di Afrika, Eropa Selatan, dan kawasan Laut Tengah, ditemukan bahwa tekanan ketersediaan air di sana mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut lembaga konvensi PBB untuk melawan kekeringan, berdasarkan tren yang ada, kelangkaan air di daerah kering akan memaksa 24 hingga 700 juta jiwa mengungsi di tahun 2030 hal ini sangat memperihatinkan bukan?

Selain di negara-negara tersebut Indonesia menjadi salah satu negara yang terancam kekeringan. Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menyebut musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering, dan terasa panas terik daripada tahun sebelumnya. Ia mengatakan hal tersebut akibat fenomena El Nino yang dampaknya terjadi di sejumlah daerah Indonesia dimana kondisi menjadi kering dan berkurangnya curah hujan. Sedangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat telah ada 55 pemerintah daerah yang menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan (22/7/19). Kabupaten dan kota yang telah menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan terdapat di Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Diikuti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ada banyak faktor yang menyebabkan kekeringan di Indonesia yaitu, diantaranya pertama, karena Indonesia secara geografis terdapat di daerah monsoon atau sebuah fenomena alam dimana seringnya terjadi perubahan iklim secara ekstrem akibat perubahan tekanan udara dari daratan. Dengan terjadinya perubahan tersebut, maka secara tidak langsung menyebabkan jet steam effect dari lautan yang langsung menghempas daratan dengan hawa panas yang mengikutinya. Dengan hawa panas dan kekuatan angin yang tinggi tersebut, maka membuat banyak daerah yang awalnya memiliki kandungan air, menjadi terkena imbasnya atau menjadi kering. Kedua, penggunaan air secara berlebihan atau dikenal dengan istilah permasalahan agronomis yang memiliki imbas terhadap lingkungan, yaitu membuat kekeringan di sejumlah tempat, terlebih saat kemarau tiba. Ketiga, masalah kerusakan hidrologis yang sepenuhnya disebabkan oleh manusia. Keempat, rendahnya tingkat produksi uap air dan awan di beberapa tempat di Indonesia yang akhirnya membuat minimnya hujan. Kelima, faktor global warming atau pemanasan global yang penyebabnya cukup beragam seperti, efek penggunaan rumah kaca, pemakaian zat-zat kimia, polusi udara sampai dengan pembuangan sampah secara sembarangan. Terakhir, minimnya daerah resapan akibat banyaknya pembukaan lahan dan juga mendirikan beton-beton bertingkat di atasnya, maka secara otomatis berkurang pula serapan air hujan.

Dari beberapa faktor tersebut aktivitas manusia menjadi penyumbang terbesar bagi penyebab kekeringan di Dunia sejak awal abad ke-20. Hal itu diungkapkan dalam studi terbaru yang juga memperkirakan bahwa kekeringan yang terkait dengan perubahan iklim akan menjadi jauh lebih buruk di masa depan. Setiap kekeringan menelan biaya 9,5 Miliar Dolar AS. Ini adalah bencana cuaca paling mahal kedua, dibelakang siklon tropis. Kekeringan dapat meningkatkan biaya makanan, mengancam air minum, meningkatkan risiko kebakaran hutan, menyebabkan migrasi massal dan bahkan membahayakan kesehatan masyarakat.

Sahabat, begitu banyaknya wilayah yang terdampak kekeringan. Hal itu tentu harus membuka mata kita untuk senantiasa bersyukur dengan kondisi kita yang saat ini mungkin masih diberi kelimpahan dan kecukupan air. Bagaimana cara kita bersyukur? Mungkin bisa dimulai dari diri kita sendiri dengan selalu menghemat penggunaan air, menggunakan air sesuai dengan kebutuhan, tidak membuang-buang air dengan percuma. Selain itu, kita juga bisa membantu mereka dengan bergotong royong wakaf sumur dan penyaluran air bersih untuk mereka yang membutuhkan. Gotong royong wakaf sumur selain sebagai bentuk rasa syukur juga sebagai bentuk kepedulian kita terhadap sesama karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Bagikan berita ini :