Ramadhan adalah bulan serius, semangat dan kekuatan untuk melakukan kebaikan. Bukan bulan berhenti bekerja dan penyebab kemalasan. Akan tetapi bulan ampunan yang senantiasa mendorong seorang mukmin untuk bekerja, bersungguh-sungguh dan bersemangat.
Orang-orang terdahulu kita yang salih (salaf salih) selalu bekerja dan berbuat di bulan Ramadhan, mereka berjihad di jalan Allah dan menjalankan berbagai kewajiban mereka dengan sebaik-baiknya dan Ramadhan sama sekali tidak menjadi penghambat bagi mereka untuk melakukan berbagai macam pekerjaan.
Apa yang digambarkan sebagian orang bahwa siang hari di bulan Ramadhan adalah waktu tidur, malam harinya adalah begadang, semangat melemah dalam bulan Ramdhan, berkerja dan produksi menurun, adalah gambaran yang salah dan yang demikian itu bukan akhlak seorang muslim. Para pekerja dan lain-lain tidak seharusnya menurunkan produktifitasnya pada bulan Ramadhan dan mereka menjadi lemah.
Akan tetapi mereka harus melipat-gandakan daya dan upaya dan semangat kita di bulan Ramadhan harus lebih banyak daripada di bulan lainnya. Karena puasa adalah ibadah agung yang di dalamnya faedah-faedah dalam hal kesehatan, keagamaan dan tarbiah.
Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 183). Di dalam ayat itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan bahwa puasa menyebabkan tercapainya ketaqwaan, membahwa kepada kebaktian dan ihsan serta berbagai macam amal kebajikan. Maka puasa selalu membantu untuk mengamalkan berbagai amal yang memberikan manfaat dan bukan penyebab kemalasan dan berhenti bekerja sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang.
Bahkan bulan puasa itu memperkuat manusia dan membiasakannya untuk mampu bertahan, ulet dan sabar menghadapi berbagai hal yang berat. Demikianlah seharusnya seorang mukmin, menjadi bertambah kuat dan banyak bekerja di tengah-tengah masyarakatnya.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang artinya, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik daripada seorang mukmin yang lemah”. (HR. At-Tirmidzi). Demikianlah, puasa mengarahkan dan membantu seseorang untuk selalu melakukan amal salih berupa : shalat, tilawah Al-Qur’an, bershadaqah kepada orang yang sangat membutuhkan dan menyayangi orang-orang fakir.
Sungguh suatu musibah besar yang menimpa umat Islam yang memahami puasa sebagai berhenti bekerja, tidur siang, begadang malam dengan berbagai bentuknya. Tidak diragukan bahwa orang yang serius menghayati maqashid syari’ah Islamiah dan tarikh Islam mengetahui bahwa amal perbuatan yang paling agung terlaksana pada bulan Ramadhan.
Turunnya Al-Qur’an Al-Karim, perang Badar Kubra dan penaklukan Makkah semuanya terjadi pada bulan Ramadhan. Bahkan masalah ini di kalangan orang-orang non-muslim mengundang pertanyaan apakah dengan puasa kaum muslimin tidak bekerja, banyak tidur siang dan selalu begadang di malam hari ?
Akan sangat disayangkan jika pemahaman yang salah di kalangan banyak kaum muslimin itu adalah karena piciknya kita kaum muslimin dalam hal menyajikan Islam dengan bentuknya yang sesungguhnya dan karena tidak mengikuti jalan yang benar dalam menjalankan berbagai ibadah dengan bentunya yang syar’i.
Puasa di kalangan Salaf salih adalah rentang waktu yang paling produktif. Maka sangat wajar jika kita mencontoh mereka dan mengikuti langkah-langkah mereka. Demikianlah dulu dan kini bulan Ramadhan adalah bulan bekerja, bulan berbagai kejadian penting dan kemenangan.
Oleh sebab itu ruh puasa dan falsafahnya akan sirna dengan pengabaian terhadap berbagai macam kewajiban, sikap malas dalam bekerja, lemah dalam produktifitas, pudar semangat memberikan yang terbaik. Karena tujuan pendidikan Rabbani dari puasa adalah pengokohan kemauan, penajaman hasrat, melatih setiap muslim untuk bersabar, tahan uji, mematahkan seruan syetan, jihad melawan nafsu kemanusiaan untuk taat kepada perintah-perintah Allah.
Itulah norma-norma tarbawi dari puasa wajib. Dengan demikian maka puasa adalah lompatan positif menuju bekerja dan produktifitas, motor pendorong menuju kesabaran dan tahan uji, pembangkit semangat berjuang dan berjihad, pengarah dalam meretas berbagai kesulitan dan rintangan dan penyeru kepada keimanan dan ketaatan untuk menunaikan berbagai macam ibadah. Diterjemah dan diedit dari judul : Syahru Ramadhan …. Syahru al-intaj wa al-‘amal. Al-Alam Al-Islami : 1539.