Di dunia ini kita tidak bisa memilih akan seperti apa takdir yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk kita. Kita yang ditakdirkan terlahir sehat tanpa kekurangan satu apapun dan bisa beraktivitas sehari-hari secara normal tentu haruslah banyak bersyukur. Karena di luar sana ada begitu banyak orang yang tidak seberuntung demikian. Hidup dengan penuh keterbatasan karena fisik yang tidak normal baik yang sudah dari lahir ataupun karena suatu kecelakaan.
Apapun itu penyebabnya, orang-orang yang memiliki keterbatasan tersebut berhak untuk memperoleh kesetaraan hidup sama seperti mereka yang berfisik normal. Keterbatasan bukanlah alasan untuk membatasi kita berkarya apalagi menutup diri terhadap luasnya dunia luar. Justru, keterbatasanlah yang harus menjadi motivasi dan lecutan semangat untuk bisa meraih kehidupan yang lebih baik. Berikut adalah kisah-kisah para penyandang disabilitas yang bisa membuka mata hati kita semua bagaimana perjuangan mereka untuk terus berkarya ditengah keterbatasan fisik.
Pak Sajum, mungkin adalah salah satu dari sekian banyak penyandang disabilitas yang masih terus semangat berkarya demi melanjutkan hidup. Beliau adalah seorang Suami dan Ayah bagi 5 orang anak-anaknya. Beliau tinggal di Kp. Cisuren Girang Desa Curug Kec. Cibaliung Kab. Pandeglang. Karena kecelakaan kerja di persawitanlah yang akhirnya membuat sebelah kakinya menjadi cacat. Sebelumnya, Pak Sajum tidak bisa melakukan pekerjaan apa-apa pasca kecelakaan tersebut. Rasa terpukul dan hampir putus asa juga pernah ia rasakan, pasalnya beban dan tanggungan keluarga ada pada pundaknya, dan jika kondisi serba keterbatasan seperti ini apa yang bisa ia harapkan kembali.
Dibalik keterbatasannya, Pak Sajum diberi anugerah yang kini menjadi pekerjaan sampingannya yaitu keterampilan dalam membuat anyaman. Bukannya tanpa hambatan, keterbatasan di kakinya menyebabkan beliau harus bergantung pada kemurahan hati tetangganya agar membantu mengambilkan batang bambu di hutan. Jika ada yang bersedia mengambil bambu, maka Pak Sajum membuat anyaman, namun adakalanya tetangganya memiliki kesibukan tersendiri, yang menyebabkan Pak Sajum tidak bisa mendapatkan bambu. Begitu pula anaknya yang tidak selalu bisa membantu dalam hal ini.
Sedangkan pendapatan utama, Pak Sajum adalah dari usaha tambal ban dengan kondisi terbatasnya alat yang masih sederhana dan membutuhkan tenaga yang lebih untuk memompa. Harapan Dhuafa pun akhirnya memberikan bantuan berupa alat tambal ban, yang diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk Pak Sajum agar bisa melakukan pekerjaannya, sehingga tidak lagi harus memompa. Alhamdulillah, setelah adanya bantuan dari Harapan Dhuafa kehidupan perekonomian Pak Sajum dan keluarga pun semakin baik.
Kisah berikutnya adalah kisah luar biasa dari Pak Ardan, seorang penyandang disabilitas yang memiliki keahlian dibidang kerajinan tangan. Kondisi penglihatan yang tidak bisa melihat terkadang membuat Pak Ardan pun mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-harinya, seperti mandi dan kebutuhan MCK lainnya.
Alhamdulillah, melalui program Arisan Jamban Harapan Dhuafa, Pak Ardan tidak lagi bersusah payah jika ingin Buang Air Besar (BAB) karena tidak perlu lagi pergi ke kebun-kebun ditengah gelap penglihatannya. Yang tentu membahayakan bagi kesehatan dan keselamatannya.
Keterbatasan yang dimiliki Pak Ardan, tak menyurutkan semangatnya untuk terus melanjutkan hidup dengan penuh makna. Malu rasanya jika kita yang masih diberi nikmat untuk melihat, tetapi justru suka mengeluh, berputus asa, dan mudah menyerah terhadap kondisi. Lihatlah Pak Ardan, dengan segala keterbatasannya, namun pantang menyerah serta terus berkarya.
Selamat Hari Disabilitas Internasional 2019.