Hari ini tanggal 16 Oktober 2019, Dunia memperingatinya sebagai Hari Pangan Sedunia atau World Food Day. Di Indonesia, pelaksanaan peringatan Hari Pangan Sedunia ini akan digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara. Tahun ini, Hari Pangan Sedunia mengangkat tema “Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045” atau “Our Action Are Our Future, Healty Diets #Zerohungerworld”.
Di Hari Pangan Sedunia kali ini, ada pertanyaan yang mungkin akan membuka mata hati kita semua yaitu, sudahkah kita berdaulat akan pangan? Seperti kita tahu masalah ketahanan pangan adalah persoalan global yang sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup manusia. Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus penting negara-negara di dunia tidak hanya Indonesia, karena produktivitas suatu negara berkaitan erat dengan tercukupinya kebutuhan pangan rakyatnya. Sehingga kondisi pangan yang buruk akan menciptakan ketidakstabilan ekonomi bahkan, dapat mengakibatkan gejolak sosial dan politik suatu negara. Saat ini krisis pangan menjadi isu yang mengkhawatirkan dan banyak dibicarakan berbagai pihak karena menjadi ancaman yang serius bagi dunia.
Dilansir dari CNN, sebagai kawasan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi di dunia, populasi di kawasan Asia Pasifik tergolong tidak seimbang. Asia Pasifik memenuhi 50 persen jumlah populasi dunia, tapi hanya memiliki 20 persen lahan untuk memproduksi pangan. Dalam sebuah laporan FAO yang dirilis pada (8/8/19) menyatakan jika perubahan iklim yang tidak terkendali, kenaikan suhu, dan cuaca yang ekstrem juga dapat memicu krisis pangan dunia. Ini pastinya akan menambah kekhawatiran akan meningkatnya krisis pangan global. Seperti dilansir dari Kompas.com, berdasarkan kajian FAO bersama Kementan serta BMKG yang dirilis pada Januari 2018, tanaman padi sangat rentan terhadap perubahan iklim. Dalam kurun waktu 20-50 tahun mendatang, diperkirakan akan terjadi penurunan produksi padi hingga 1,5 ton per hektar di 8 Provinsi penghasil utama padi di Indonesia.
Kedaulatan pangan menjadi salah satu program prioritas pemerintah saat ini. Dimana di tahun 2045 pemerintah Indonesia (Kementerian Pertanian) menargetkan untuk menjadi Lumbung Pangan Dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, rencana kerja Kementerian Pertanian tahun 2019 adalah “Pengembangan Infrastruktur dan Korporasi Petani untuk Percepatan Peningkatan Produksi dan Ekspor Pangan, serta Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin”. Hal ini akan diwujudkan melalui rencana-rencana kerja operasional. Selain itu, bergairahnya sektor pertanian juga menjadi angin segar bagi pemerintah untuk mendongkrak kondisi ekonomi makro Indonesia.
Saat ini Indonesia telah mengambil kebijakan yang benar. Seperti dilansir dari Kompas.com sudah sejak 2 tahun terakhir ini Indonesia telah menghentikan impor jagung dan bawang merah dari Argentina, Thailand, dan Amerika Serikat. Bahkan, tahun 2019 pemerintah juga menargetkan swasembada bawang putih dan gula konsumsi. Tak berhenti sampai disitu, pemerintah Indonesia juga terus berupaya mencapai swasembada untuk produk lainnya. Tahun 2020, komoditas yang ditargetkan mencapai swasembada adalah kedelai dan tahun 2024 gula industri. Tahun 2018-2021 pemerintah menargetkan swasembada pangan dengan peningkatan produksi diatas 5 persen. Sehingga, 100 persen kebutuhan akan pangan bisa dipenuhi dari dalam negeri saja dan tidak akan ada lagi impor pangan.
Oleh karena itu, mulai saat ini peran dari masyarakat dan juga pemerintah begitu dibutuhkan dalam mewujudkan Indonesia menjadi “Lumbung Pangan Dunia” di tahun 2045. Seluruh masyarakat harus bersama saling bahu-membahu untuk terus meningkatkan kontribusi terutama di sektor pertanian agar cita-cita tersebut dapat tercapai. Selamat Hari Pangan Sedunia 2019. Bersama wujudkan Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045.