

Di usia senjanya yang menginjak 60 tahun, Mak Sukti tetap tegar menjalani hidup dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Setengah wajahnya telah hilang — bermula dari luka kecil di pipi saat masih kanak-kanak. Luka itu dibiarkan, tak terasa sakit, hingga perlahan membusuk dan memakan sebagian wajahnya. Kini, bola matanya kehilangan kelopak, tulang pipinya lenyap, begitu pula rahang, hidung, dan separuh mulutnya. Sungguh pilu melihatnya. Tak jarang, anak-anak merasa takut, sementara sebagian orang memandang aneh keberadaannya.

Namun, Mak Sukti tak pernah membiarkan pandangan itu meruntuhkan semangatnya. Ia sudah terbiasa dengan cibiran dan rasa iba yang datang silih berganti. Setiap hari, tubuh renta itu tetap melangkah ke sawah, menanam padi, berjuang di bawah terik matahari. Kadang, untuk sekedar menyambung hidup, ia mencari tutut (keong sawah kecil) yang kemudian dijadikan lauk sederhana untuk makan siangnya.

Mak Sukti hidup tanpa suami, tanpa anak, hanya ditemani sang kakak yang kini berusia 70 tahun dan sudah tak berdaya. Di rumahnya yang sangat sederhana, Mak Sukti menjadi tulang punggung satu-satunya, menanggung beban hidup keduanya tanpa keluh.
Sahabat Harapan, di sisa masa tuanya, mari kita ulurkan tangan untuk Mak Sukti. Bantu ia menikmati hari-hari dengan hidangan hangat tanpa harus bersusah payah, tanpa harus menantang panas dan lelah di sawah hanya demi sesuap nasi. Karena di balik wajah yang penuh luka, tersimpan hati yang luar biasa kuat dan tulus.
Yuk, bantu Mak Sukti dengan cara :
****
Apabila jumlah donasi melebihi target, maka dana akan disalurkan ke program bantuan LAZ Harfa lainnya melalui subsidi silang. Hal ini telah disetujui oleh perwakilan maupun pihak keluarga penerima manfaat.
![]()
Belum ada Fundraiser
![]()
Menanti doa-doa orang baik