

Belasan tahun. Itulah durasi pengabdian Ibu Dede sebagai Guru TK Honorer. Bayangkan dedikasinya: bertahun-tahun ia membentuk karakter anak-anak di usia emas, pekerjaan yang menuntut kesabaran tak terbatas. Ironisnya, pengorbanan ini hanya dibalas dengan gaji yang datang tiga bulan sekali, bersumber dari sisa uang BOP, sebuah ketidakpastian finansial yang tak sebanding dengan beban kerjanya.
Setiap hari, Bu Dede berangkat mengajar sambil menggendong anaknya yang masih kecil, bukti nyata bahwa ia tidak memiliki biaya untuk pengasuhan, sementara kewajiban mengajar tidak bisa ditinggalkan.
Jarak rumah Bu Dede ke sekolah memang dekat, namun jarak antara pengabdiannya yang tinggi dengan realitas hidupnya sangatlah jauh.
Saat ia pulang, ia tidak menemukan tempat berlindung. Ia disambut oleh kondisi rumah yang kini menjadi ancaman serius.

Fakta Kritis Rumah Bu Dede:
Suaminya, yang berprofesi sebagai ojek pangkalan, hanya mampu menutup kebutuhan makan harian. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, mustahil bagi keluarga ini untuk memperbaiki kerusakan struktural yang masif.
Bu Dede tidak meminta kemewahan. Permohonannya sangat mendesak dan rasional: dana untuk membangun kembali atap dan struktur kamar yang hancur agar ia bisa melindungi anak-anaknya yang masih kecil dari bahaya robohnya bangunan.
Sebagai seorang ibu, kekhawatiran terbesar Bu Dede adalah keselamatan anaknya. Bagaimana mungkin ia fokus mendidik anak bangsa, jika setiap malam ia dihantui ketakutan atap akan runtuh menimpa keluarganya?
Sahabat, mari kita hargai pengabdian belasan tahun Bu Dede dengan memberikan hal paling mendasar: keamanan tempat tinggal.
Mari Lindungi Keluarga Bu Dede dengan cara :
![]()
Menanti doa-doa orang baik