Usianya 62 tahun, tubuhnya sudah renta, tapi semangat yang mengalir dalam darahnya ia manfaatkan untuk terus menolong sesama.
Suaminya sudah tiada, meninggal dunia setelah terjatuh dari pohon. Sejak saat itu, Nek Inah menjalani hidup seorang diri. Tapi hidupnya bukan hanya untuk dirinya sendiri.
Setiap hari, ia menjadi paraji, dan tukang urut di kampungnya. Penghasilan yang diperoleh nek Inah paling tinggi 50 ribu rupiah, namun tak jarang yang ia tidak dibayar sama sekali.
Di tengah keterbatasannya, Nek Inah juga merawat seorang anak laki-laki yatim. Bukan cucu, anak ini bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.
Anak itu berusia 15 tahun dan putus sekolah. Ia tinggal di pesantren salafi dekat rumah Nek Inah. Ibunya pergi entah ke mana. Keluarga besarnya pun seolah mengabaikan. Nek Inah pernah memintanya untuk pulang ke rumah keluarganya, namun si anak enggan untuk pulang. Ia lebih memilih tinggal bersama nek Inah, nenek angkat yang hatinya penuh kasih, meski hidup seadanya.
Untuk makan sehari-hari, Nek Inah terkadang dibantu tetangga. Kadang juga kerja serabutan. Tapi ia tak pernah mengeluh. Ia terus membantu orang melahirkan, mengurut tubuh yang sakit, dan menyisihkan kasihnya untuk anak yatim yang ia besarkan.
#SahabatHarapan, Nek Inah adalah potret nyata perempuan kuat yang pantas dibantu, bukan dikasihani. Karena bagi nek Inah, satu kelahiran bayi sama dengan harapan baru. Semangat yang masih mengalir dalam darahnya, ia manfaatkan untuk terus menolong sesama walau dalam kondisi yang sangat jauh dari kata layak. Menjelang Hari Raya Idul Adha, yuk ikut beri kejutan untuknya!
Salurkan kebaikan dengan cara:
****
Apabila jumlah donasi melebihi target, maka dana akan disalurkan ke program bantuan LAZ Harfa lainnya melalui subsidi silang. Hal ini telah disetujui oleh perwakilan maupun pihak keluarga penerima manfaat.