Setiap musim kemarau, wajah Banten tak lagi sama. Di Pandeglang, ibu-ibu harus berjalan jauh menenteng dirigen hanya untuk mendapatkan setimba air, sementara anak-anak kecil rela menunggu truk tangki datang dengan harapan bisa membawa pulang air. Sumur-sumur dangkal mulai retak, tandon kosong, dan air bersih berubah menjadi barang langka.
Fakta di lapangan menunjukkan, warga di Desa Kadubadak, Kecamatan Angsana, Pandeglang, baru-baru ini mengalami krisis air bersih dan hanya bisa bergantung pada droping dari BPBD. Tidak hanya itu, pemetaan BPBD Provinsi Banten mencatat ada 85 kecamatan rawan kekeringan, dengan titik-titik kritis di Pandeglang, Lebak, hingga Serang perdesaan.
Padahal, menurut BPS, meski secara rata-rata 94% rumah tangga di Banten memiliki akses air minum layak, kenyataannya di daerah pedesaan persentasenya jauh lebih rendah, hanya sekitar 76% di Lebak dan 78% di Pandeglang. Artinya, ada ribuan keluarga yang rentan begitu kemarau datang.
Di tengah kondisi ini, LAZ Harfa terus bergerak. Tahun lalu, lebih dari 40.000 liter air bersih telah disalurkan untuk warga terdampak kekeringan, dan sumur bor komunal (water well) mulai dibangun di sejumlah titik rawan bersama mitra. Namun upaya ini tidak bisa berhenti. Musim berikutnya akan tiba, dan ribuan keluarga masih menunggu uluran tangan kita.
Melalui program “Air untuk Banten”, LAZ Harfa mengajak kita semua untuk bersama:
Sahabat, dengan dukunganmu, 1 donasi Rp.50.000 saja bisa mengalirkan air bersih untuk 1 keluarga selama 3 hari. Patungan Rp.250.000 bisa mengisi satu tandon komunal, dan bersama-sama kita bahkan bisa membangun sumur bor yang akan menjadi sumber kehidupan bagi satu kampung.
Sahabat, mari kita hentikan kekeringan di Banten. Mari hadirkan kembali senyum di wajah ibu-ibu yang tak lagi harus berjalan jauh, dan anak-anak yang bisa bermain tanpa harus menunggu tetes air.
Jadilah bagian dari perjuangan bersama LAZ Harfa untuk memberantas kekeringan di Banten, dengan cara :
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik