Sakit prostat membuat tubuh Kakek Jakiman melemah. Tapi di tengah rasa sakit itu, beliau tak punya pilihan selain bertahan di rumah panggung reyot bersama sang istri.
Di usia senja, kehidupan kakek jauh dari kata layak. Tidak ada jaminan, pemasukan yang tak cukup untuk sekadar makan tiga kali sehari, dan biaya operasional untuk berobat.
Kakek Jakiman tinggal di rumah yang terbuat dari bilik bambu yang sudah rapuh, dan rawan ambruk. Ia tinggal bersama istrinya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun di ladang milik orang lain.
Istrinya (nek Sarminah) mencoba menjual hasil kebun seperti pisang ke pasar atau tetangga sekitar. Kadang-kadang, nek Sarminah menjual ke anaknya sendiri. Penghasilannya? Paling tinggi hanya dua puluh ribu rupiah. Itu pun tidak langsung laku dalam sehari.
Di tengah hidup yang serba terbatas ini, Kakek Jakiman kini menderita sakit prostat. Rasa nyeri yang datang silih berganti membuatnya sulit beraktivitas. Namun hingga kini, belum ada biaya untuk berobat.
“Mau berobat juga uangnya nggak cukup. Paling nunggu laku aja ini (dagangan).” kata nek Sarminah sambil menatap wajah suaminya yang berbaring.
#SahabatHarapan, yuk kita bantu kakek Jakiman untuk berobat dengan layak dan hidup dengan nyaman di usia senjanya. Kamu bisa menyalurkan kebaikan dengan cara: