

“Nama saya Djuhani. Pekerjaan saya penjual es teh poci, dan sudah 15 tahun saya jualan di pinggir jalan. Dari hasil itulah saya menghidupi keluarga.”
Sampai akhirnya, saya mengetahui anak ketiga saya, Nabila (14 th) divonis Skoliosis. Punggungnya melengkung dan membuatnya sering merasa nyeri. Awalnya kami kira hanya sakit biasa, tapi ternyata kondisinya cukup parah dan harus menjalani operasi besar.
Alhamdulillah, operasinya berhasil tahun lalu. Tapi perjuangan belum selesai. Anak saya harus kontrol rutin setiap dua minggu sekali ke rumah sakit yang jaraknya jauh dari rumah. Kalau kuat, saya naik kereta dari stasiun Rangkasbitung ke stasiun Tanah Abang. Disambung dengan taksi online menuju rumah sakit. Nabila juga butuh brace khusus agar tulang punggungnya tetap tegak selama masa pemulihan.

Sebagai ayah, rasanya berat sekali melihat anak kesakitan tapi tak bisa banyak membantu. Setiap kali Nabila menahan nyeri saat rukuk atau jongkok, hati saya ikut sakit. Tapi saya selalu bilang “yang penting neng semangat. Nanti ayah usahain buat berobat..”
Saya dan istri sekarang berusaha lebih keras. Siang jualan es teh, istri goreng kacang buat dijual, hasilnya buat tambah-tambah ongkos kontrol. Kadang hasilnya nggak seberapa, tapi kami percaya, setiap langkah kecil adalah bentuk cinta kami untuknya.
****
#SahabatHarapan berkaca dari kisah pak Djuhani yang berjuang dengan gerobak es teh selama 15 tahun, mengantongi harapan supaya bisa membawa putrinya ke RS karena menderita skoliosis, yuk kita ringankan bebannya dengan cara:
****
Apabila jumlah donasi melebihi target, maka dana akan disalurkan ke program bantuan LAZ Harfa lainnya melalui subsidi silang. Hal ini telah disetujui oleh perwakilan maupun pihak keluarga penerima manfaat.
![]()
Belum ada Fundraiser
![]()
Menanti doa-doa orang baik