Semua orang pasti memiliki titik terendah nya masing-masing. Banyak yang kuat, namun tidak sedikit pula yang memilih menyerah. Masih banyak dari kita yang merasa bahwa kesempatan kedua hanyalah angan-angan, dan hal yang sangat dihindari. Ketika sudah merasa semua hal sudah dipersiapkan dengan baik malah pupus dikarenakan beragam faktor yang diluar kuasa kita.
Pak Musa adalah sosok dari sekian orang yang patut dijadikan contoh dalam melewati titik terendah. Disaat beliau harus kehilangan kedua kaki, dan sebagian tengkorak kepalanya diganti oleh titanium akibat kecelakaan kerja pada 5 tahun silam, ia tetap bangkit dan membuktikan bahwa kesempatan kedua yang diberikan Tuhan benar-benar ada.
Ada saat dimana pak Musa mendapat kesempatan untuk menata hidup kembali dengan kondisi fisiknya saat ini. Beliau melihat masih ada peluang untuk membuka usaha yang dikelola secara mandiri. Namun, lagi-lagi ia harus melihat kondisi fisiknya yang masih membutuhkan biaya untuk perawatan medis secara intens. Alhasil, peluang untuk membuka usaha harus ia relakan.
Disaat yang bersamaan, beliau dihantam oleh cemoohan tak bertuan. Pak Musa dipandang sebelah mata, karena dianggap sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Jangankan berbuat sesuatu untuknya dan keluarga agar tetap melanjutkan hidup, untuk membuka mata dan bangun dari tidurnya saja dirasa tak perlu dilakukan. Beliau sangat terpukul akan hal itu. Rasa kecewa, marah, dan sedih melekat dalam benaknya.
“Kenapa mereka harus bilang begitu ke istri dan anak saya, kenapa enggak bicara langsung saja ke saya?” ujar pak Musa sambil menitikkan air mata. Ia mengungkapkan bahwa beban yang dipikul terlalu besar sehingga membuatnya hampir putus asa.
Dalam kondisi tersebut, manusia yang sedang di titik terendah memerlukan lingkungan yang mau ikut serta menyalakan lilin harapan. Bukan malah turut mengutuk kegelapan. Pak Musa cukup beruntung karena memiliki teman hidup yang mau menemaninya sampai saat ini.
Melalui pendampingan oleh LAZ Harapan Dhuafa serta semangat juang, Pak Musa kembali bangkit dari masalah yang menimpanya. Sampai saat ini, pak Musa terus bersemangat memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga. Menjalani profesi sebagai tukang ojek untuk menafkahi istri dan anaknya. Pak Musa memiliki impian untuk menyekolahkan anaknya sampai sarjana.
Allah Maha Besar. Buah kesabaran, usaha, serta doanya selama ini terjawab. Kabar gembira yang selama ini Allah rencanakan akhirnya sampai di telinga pak Musa. Dalam waktu dekat, beliau akan melaksanakan ibadah umroh berkat uluran tangan sesama. Hal tersebut merupakan angin segar bagi pak Musa yang selama ini berjuang melewati titik terendah nya.
Berkaca dari kisah diatas, kita tidak perlu mencemaskan hal-hal buruk sekalipun dalam kondisi sulit. Memang terdengar sangat naif, bukan? Manusia memang memiliki hasrat ingin semuanya serba pasti. Namun ditengah kondisi yang pak Musa alami, ia mencoba untuk menerima ketidakpastian dengan terus konsisten menjalani kewajibannya sebagai kepala keluarga, dan tidak berhenti berdoa.
Setiap orang memiliki kesempatan selagi ia terus berusaha. Allah akan selalu memberi kesempatan bagi hambanya yang bersungguh-sungguh.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”