قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: “Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru kepada ALLAH dengan keterangan yang nyata. Maha Suci ALLAH dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.”) (Yusuf: 108)
Betapa banyak orang yang memilih jalan kegelapan padahal mereka tahu ada jalan yang dipenuhi dengan cahaya. Betapa banyak orang yang memilih jalan keburukan sedangkan mereka tahu Allah telah membentangkan jalan kebaikan. Semoga kita bukan bagian dari orang kebanyakan tersebut. Kita adalah orang yang sedikit memilih jalan ini. Sahabat sahabat pencinta kebaikan.
Kita butuh spirit untuk tetap bertahan dalam jalan ini. Untuk melawan arus orang orang yang berbalik arah dari jalan ini. Kita bukan sedang mencari jalan. Tapi kita sedang meneguhkan untuk tetap bertahan di jalan ini. Agar tidak tumbang jatuh dan berguguran. Kita butuh sahabat seperjalanan. Sahabat yang menguatkan hati mengokohkan langkah serta menggelorakan semangat juang. Kita butuh sahabat untuk menempuh badai. Saling berpegangan erat menerjang angin dan hujan. Betapa berat berada dalam jalan kebaikan ini tetapi juga betapa indah untuk tetap istiqomah dalam jalan ini.
Perjalanan ini ibarat kita mendaki gunung. Penuh liku dan terjal, tanjakan yang seakan tak pernah habis. Walaupun nafas berkejar kejaran dalam pendakian tapi biarkan kaki tetap melangkah. Lalu Puncak gunung menjadi kenikmatan dari hasil perjalanan tersebut. Maka Istiqomalah dalam jalan ini sebagaimana Allah berfirman “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, Sebagaimana diperintahkan kepadamu” ( Hud : 112 ). Atau disebutkan dalam sebuah hadits arba’in ke dua puluh satu yaitu
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. ( HR. Muslim )
Ini jalanku….. Kadang kita bertemu dengan persimpangan jalan. Kita dihadapkan dengan pilihan. Pilihan yang kita harus memilih. Memilih diantara dua jalan bahkan banyak jalan. Maka jalan harus yang kita pilih adalah tetap mengikuti jejak kenabian. Jejak kenabian menjadi spirit kita dalam menapaki jalan panjang ini. Sirah yang sarat makna. Kisah kisah heroik yang tercecer diantara sirah yang tak pernah tersentuh lagi.
Maka kita harus kembali ke khazanah Islam yang fundamental ini yaitu Sirah Nabawwiyah agar jalur yang kita lalui tetap sama. ”Ia akan mewarisi spirit masa lampau Ummat Islam yang sangat kaya dan menumbuhkan militansi. Karena itu, putusnya mereka dengan sirah membuat lemahnya ghirah… “ ditulis oleh Ustadz Rahmat Abdullah dalam kata pengantar di Buku Manhaj Haraki Jilid 2 Sahabat sahabat pencinta kebaikan….
Pintu kebaikan sudah terbuka. Ribuan bahkan jutaan amal amal kebaikan untuk menjadi bekal kita di akhirat. Kita tinggal memilih pintu pintu kebaikan tersebut lalu Istiqomah dalam perjalanannya. Istiqomah dengan tilawah tilawah kita. Jangan biarkan kedekatan kita dengan qur’an tenggelam dalam dalam kesibukkan dunia. Istiqomah dengan sujud panjang kita dan jangan biarkan shalat kita berlalu tanpa kekhusyu’an. Istiqomah sedekah kita. Jangan kita berkalkulasi kepada Allah tentang untung dan rugi ketika bersedekah. Jangan biarkan itu semua tenggelamkan karena kesenangan dunia yang hanya sementara. Menebar kebaikan itu ‘candu’. Candu bagi jiwa yang merindukan surga. Bukan seberapa besar kita berbagi tapi seberapa sering kita berbagi. Seberapa sering orang disekitar kita bahagia bahkan hanya dengan senyuman terbaik kita. Bukan berapa panjang jarak yang kita lalui tapi seberapa banyak manfaat yang kita tebar dari jalan yang kita lalui. Berapa banyak benih kebaikan yang kita tananam dalam ladang da’wah yang sedang kita lewati.
Ini jalanku….
Jalan ini hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang imannya kokoh dan bersih hatinya. Hubungan kita dengan Allah menjadi pondasi yang utama untuk menjadi motor penggerak. Sesungguhnya Allah meletakkan kekuatan orang beriman di dalam hatinya, bukan pada anggota tubuhnya. Tidakkah Anda memperhatikan orang tua yang sudah lemah fisiknya tapi masih mampu berpuasa di siang yang sangat panas dan bangun di malam hari untuk melakukan shalat malam? Padahal banyak orang-orang yang masih muda lagi kuat fisiknya tidak sanggup untuk melaksanakannya.” (Dari kitab Hilyatul Auliya, karya Abu Nu’aim al-Ashbahani).
Kata Imam Assyahid Hasan Al Banna dalam Majmu’atu Rasa’il “ Sesungguhnya medan perkataan berbeda dengan medan khayalan. Medan amal juga berbeda dengan medan perkataa.” “ atau selanjutnya beliau juga berkata “ sangatlah mudah bagi sebagian besar manusia berkhayal. Namun, tidak semua khayalan yang terbersit dalam benak dapat terungkap kata kata yang keluar dari lisan. Banyak orang yang dapat berkata, tetapi sedikit diantara ucapan ucapan tersebut yang tercermin dalam perbuatan. “
Bertahanlah sahabatku…. Butuh sayap sayap kesabaran. Butuh karang keimanan. Butuh mata air kesejukan. Kata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al- Albani “Jalan Allah ini panjang sekali,untunglah kita tak diwajibkan untuk sampai ke ujungnya. Kita hanya diperintahkan untuk mati di atasnya.” Semoga Allah mengambil nyawa kita ketika tetap berada di jalan kebaikan ini. Beriring do’a dan sujud panjang kita.Tiada seindah do’a yang rutin dilakukan dalam sholat kita “Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. {9}
Oleh Budi Surahman
Referensi :
- Al Qur’an
- Al Wafi Syarah Kitab Arba’in An Nawawiyah DR. Musthafa Dieb Al Bugha Muhyiddin Mistu
- Manhaj Haraki Syaikh Munir Muhammad Al Ghadban
- Majmu’atu Rasa’il Hasan Al Banna Jilid 1